Bukan Lelaki yang Kemarin Sore Menciumku di Atap Gedung

Papa,
Aku disuruh bikin cerita
Sejenis puisi prosa
Atau mungkin surat cinta
Temanya, tentang Ciuman Pertama
Berjam-jam lamanya aku menantap layar kosong
Di depanku, Bengong seperti dungu
Terdiam, jemariku bisu
Otakpun membeku
Bukan tak bisa buat cerita
Sekedar puisi sih, aku ahlinya
Apalagi surat cinta, bah! Aku kan pujangga
Tapi ini soal Ciuman Pertama …
Ci um an Per ta ma ku
Milik siapa,
Papa
Bukan lelaki yang kemarin sore menciumku di atap gedung penuh bunga
Bukan pula pria tampan yang waktu itu mencuri bibirku di dalam mobil
Bukan juga yang di beranda rumah, bioskop twenty one, toilet sekolah
Atau puluhan laki-laki dengan sejuta rayuan di ratusan tempat lainnya
Aku tau,
Ada yang lebih manis dari itu
Lebih suci dari perawan maria
Lebih tulus dari janji ksatria
Ciuman pertamaku, yang purba
Yang tak mampu kuingat, tapi jelas melekat kuat
Hari ketiga belas bulan sepuluh sembilan belas delapan empat
Dengan derai airmata dan adzan yang menggema
Bibirku, Papa, telah kau renggut lebih dulu
Pun cintaku yang luar biasa, adalah milikmu dari dulu
Dan kelak jadikanlah aku, pencium terakhirmu,
Setelah Ibuku.
“I love u, Daddy”

Tidak ada komentar: