Sesuatu, yang Lalu Kita Amini Sebagai Cinta

Bayang gunung dan pepohonan
Gelayut kabut di dahan dahan
Dingin mencekam
Diselimuti gerimis langit malam
Puncak Pass,
Bulan sepuluh, Hari ketiga belas
Bangku taman menggigil
Menciutkan sisa nyali
Kita di sini demi kenangan, bukan?
Menggenapi janji yang lalu pernah kita ucapkan
Mencoba memanggil yang dulu pernah ada;
– sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta
Namun telah sama kita tahui
Apa yang kita cari, takkan lagi kita temui
Apa yang pernah kita amini, takkan lagi bisa kembali
Cuma ada sedikit ingatan, dan kenangan yang sepi
Maka sudahlah,
Mari duduk di sini sajalah
Berdekatan bergenggam tangan
Berusaha berbagi kehangatan
Sebab malam sebentar bergegas
Memaksa kita segera berkemas
Meninggalkan gigil bangku taman
Menanggalkan kenangan, ingatan;
– sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta

Tidak ada komentar: