Sajak Sembilan Ubun-Ubun

redup cahaya
kilau keemasan di malam penuh tawa
;bergema mengisi kata-kata.
lampu-lampu jalan merekam cerita,
menerangi tubuh-tubuh
saling mencari tahu, menyimpan rindu.
hingga temaram sisa sepertiga malam
tak akan koyak oleh angin perubahan
senja kala mencoba mencerna kita
menggapai malam membaurkan kata,
melesapkan cahaya dalam doa-doa
tak bertuan, belum bertuhan.
sementara kenangan lesap menetap,
atau sekelebat numpang lewat
mencerca angin yang masuk turut,
sok akrab sok bersahabat.
ini cerita kita,
menukar suapan makanan
kesukaan milikmu dengan ciuman
tanpa tanya, hanya artikan cerita di pinggir jalan.
hingga segala cahaya itu luntur,
meredup kelam tenggelam berubah jadi malam,
hingga menjadi bias lepas merampas
keindahan jari-jari yang melekat erat.
sembilan ubun-ubun,
malam meremah di atasnya, biarkan saja!
lalu malam menuai-buai semua bual,
menjelma kenangan yang tak berbasuh
:embun musim kerontang.

Tidak ada komentar: