Tuan, Anda Punya Api [?]

kalau Tuan berkenan saya bisa melayani
di ujung bukit,
keheningan menyayat diri
sunyi membelit
alir sungai meriap di bawah nadi
.
mungkin Tuan kesepian
ranjang berderit mengiramakan malam
desah nafas tertahan membahasakan jeritan
nurani terjepit di antara belahan kulit
.
bisa jadi Tuan kedinginan
di depan tungku wanita tua mendudukkan pantat besarnya
di lantai, nyala merah menari-nari di wajahnya yang pasi
menunggu jam dinding berdentang dua belas kali
pisau di tangan kiri
sebuah senyuman tersungging miring
.
tapi Tuan tidak harus pulang
ini bukan malam, bukan pula siang
langit terlalu muram untuk memadamkan lampu
awan menggerakkan badannya menjauh
seekor burung berdiam di atas ranting
mengawasi seorang lelaki yang bergegas melintas
.
tak ada pelukan menanti Tuan
sebilah pisau terhunus di dada kaku
darah membeku di antara kaki
di depan perapian
.
Tuan,
saya punya birahi
anda punya api [?]
nyalakanlah,
kita berpesta di neraka

Jakarta, 2011.

Tidak ada komentar: